[Review Animasi] Titus : Mystery of the Enygma (2020)
Latar Belakang Penulis
Halo, nama saya Dito Kurnia Pratama. Saya sebenarnya bukan animator, belum tepatnya. Sekarang masih berkuliah di jurusan Animasi. Walaupun begitu, saya ingin membuat review film-film animasi, sambil juga mengasah untuk jadi animator. Saya disini tidak ingin menggurui atau menjadi yang paling benar, jika ada kesalahan didalam review ini, kalian bisa mengirimkan kritik & saran ke email saya atau DM ke Instagram saya: ditokurniapratama. Saya lebih sarankan ke email, karena memang saya sekarang lebih jarang aktif di media sosial. Disini saya akan mencoba membuat review yang gampang dicerna. Jika ada yang bingung, juga bisa ditanyakan ke alamat yang sudah saya kasih diatas. Kalian juga bisa mengunduh review ini dalam versi PDF disini. Sekian, selamat membaca review saya.
Review Titus : Mystery of the Enygma
Latar Belakang Film secara Singkat
- Dibuat: MNC Animation
- Distributor: MNC Picture
- Sutradara: Dineshkumar Subashchandra
- Produser: Sharma Sanjay Bhardwaj
- Penulis: Doug Sinclair, Liliana Tanoesoedibjo
- Pengisi Suara: – Titus – Arbani Yasiz – Bobit – Lukman Sardi – Fyra – Ranty Maria – Bulpan – Robby Purba – Jessica – Jessica Tanoesoedibjo
- Tanggal Tayang: 9 Januari 2020
- Jumlah Penonton (Terakhir dicek tanggal 15 Januari 2020 jam 01:12): 87.372 Penonton
- Trailer Film: YouTube
Sumber: – Wikipedia – Website Film Indonesia
Screenshot Trailer dan Gambar Film
Suasana Bioskop dan Tanggal Menonton
Saya menonton film ini pada tanggal 14 Januari 2020, hari Selasa jam 16:55, 5 hari setelah film ini dirilis. Walaupun di kota tempat saya nonton banyak juga bioskop, tapi film ini hanya tayang di satu bioskop, yaitu di Transmart XXI Sidoarjo.
Sebelum saya berangkat, saya sudah merasakan hawa-hawa nggak enak. Hawa-hawa filmnya ditonton sedikit orang. Alasan itu sebanding saat saya melihat ke aplikasi Cinema XXI yang menunjukkan kursi yang tersedia masih 132 kursi atau belum ada yang beli tiketnya.
Sesampainya di bioskop XXI saya lalu beli tiket, itu sekitar jam 16:30-an. Betul saja, kursinya penuh, penuh dengan warna hijau, yang artinya belum ada satupun yang beli tiket. (Hmm... iya, seingat saya warnanya hijau, di layar untuk milih kursinya, saya agak lupa). Sampai saat pintu bioskopnya dibuka, saya masih sendirian. Saya yang pertama masuk dan duduk di kursi bioskopnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 16:55, waktunya film dimulai. Sesaat sebelum dimulai, ada dua orang masuk, pasangan cowok & cewek. Beberapa detik kemudian, saat iklan-iklan & trailer film diputar, masuk lagi 3 orang, bapak, ibu, dan anaknya yang kira-kira saya menduga masih TK. Lalu masuk lagi dua orang, cowok & cewek lagi.
Sampai filmnya diputar, masih terdapat 8 orang didalam ruangan bioskopnya. Lalu ada seseorang yang masuk. Karena terlalu gelap, saya hanya melihat sedikit siluetnya. Sepertinya perempuan dewasa. Saya tidak tahu itu karyawan bioskop atau bukan. Orang itu duduk dibaris depan. Oh iya, ngomong-ngomong, saya duduk ditengah-tengah, di kursi E7. Ketujuh orang tadi duduk lebih keatas lagi. Balik ke siluet perempuan tadi, setelah kira-kira di tengah film, dia keluar dan tidak kembali lagi... Selamanya... (Hahaha... Bercanda. Dia memang keluar tapi terus saya nggak tau lagi dia kemana dan siapa.)
Saat filmnya selesai, saya tidak menontonnya sampai habis cuma sampai credit title, itu pun nggak lengkap. Saya keluar kedua. Orang pertama yang keluar yaitu keluarga bapak ibu anak tadi. Dan... 2 pasang cowok cewek yang mungkin pacaran itu belum keluar.
Filmnya sendiri berjalan lancar, kecuali ada satu adegan dimana filmnya terlihat pixelated / kotak-kotak gitu, padahal saya lihatnya di bioskop, seharusnya resolusinya tinggi. Lalu ada juga satu adegan dimana filmnya terasa agak lag, jalannya melambat terus normal lagi.
PERINGATAN: SPOILER ALERT!! SETELAH INI BANYAK ADEGAN DALAM FILM YANG SAYA CERITAKAN.
Karakter
Disini saya akan breakdown review saya per karakter atau review dalam konsep / design karakternya. Secara keseluruhan ada beberapa karakter yang kuat dan masih ada yang lemah, yang saya maksud disini penokohannya, karakteristik, dan keunikannya.
Titus
Si karakter utama. Seekor tikus. Pekerjaan awalnya bukan langsung menjadi detektif, tapi bekerja di perusahaan koran, seperti di film Spiderman yang diperankan Toby siapa itu. (Maaf saya lupa namanya). Si Titus ini tinggal di tempat anak yatim piatu, dia suka misteri.
Desain karakternya mirip Edogawa Conan dari animasi Jepang, Detective Conan. Memakai kacamata bulat besar. Tapi dibalut dengan tubuh hewan. Namun kepintarannya menurut saya masih kalah jauh dari Conan. Seperti seri detektif klasik lainnya, dia juga memakai kaca pembesar. Dia juga memakai hidungnya untuk mengendus bau-bauan.
Walaupun dia tokoh utama, sampai dimasukkan ke judul film lagi, tapi menurut saya karakternya kurang kuat. Walaupun sering muncul dilayar, karakternya kalah dengan Bobit, si kelinci pesulap. Menurut saya, si Titus ini kurang memberikan arti ke penonton bahwa dia detektif. Detektif yang ditonjolkan yaitu kepintarannya, tapi disini kurang. Saya tidak tau apa karena ini film untuk semua umur jadi digituin atau gimana.
Penceritaan latar belakang Titus menurut saya cukup. Nggak banyak memang, tapi cukup. Oke lah.
Bobit
Si pesulap berbentuk kelinci. Trik sulap dan ilusinya menurut saya bagus, walaupun ada yang nggak realistis alias fantasi. Bobit ini temannya Titus.
Latar belakang karakter ini tidak diceritakan dengan baik. Minim sekali. Scene saat dia muncul juga terasa aneh menurut saya. Dia ada di pinggir jalan sambil main sulap. Banyak yang melihat. Lalu Titus datang menghampiri. Karena udara kota sangat kotor, dia (Bobit) batuk-batuk dan akhirnya sulapnya gagal. Setelah itu Titus bicara dengan Bobit. Titus mengajaknya untuk bertualang bareng, tentunya bertualang mencari Enygma. Dan... baru setelah itu saya sadar kalau Bobit itu temannya Titus. Udah gitu aja, nggak diceritakan latar belakang Bobit bagaimana. Ya... cuma gitu awal ketemuannya sama Titus.
Trik sulap Bobit favorit saya yaitu saat Bobit, Titus, dan Fyra berhasil mencuri miniatur Enygma lalu dikejar musuh disebuah atap gedung di pelabuhan. Karena terdesak didepan sudah tidak ada jalan, Bobit mengeluarkan trik sulap kartunya. Kartunya dilemparkan sehingga membentuk jembatan. Mereka bertiga lalu lari ke atap gedung lainnya lewat kartu tadi.
Trik sulap itu sangat menarik dan mirip dengan trik sulap dari karakter Kaito 1412 (Kaito Kid) dari anime Detective Conan dan Magic Kaito 1412. Bedanya, di kedua anime itu trik sulapnya saya pikir masih realistis. Si Kaito Kid ini berjalan di udara. Aslinya dia hanya pura-pura seperti berjalan di udara. Badannya diikat dengan tali yang terhubung di helikopter diatasnya. Tentu saja yang mengendarai helikopter diatasnya asistennya dia. Dan, karena tinggi dan suasana sudah malam agak mendung gitu, talinya nggak keliatan dari bawah. Masuk akal masuk akal. Untuk Bobit ini, triknya benar-benar fantasi, nggak ada tali ataupun alat apapun yang membantu menyeberang kecuali cuma sebuah kartu yang melayang di udara.
Oke, trik sulap selanjutnya yang saya suka yaitu saat Bobit melawan Bulpan dan anak buahnya. Dia menembakkan kartunya ke muka musuhnya dengan menggunakan tangannya.
Yup, betul sekali. Jika dipikir pikir, mirip sekali dengan karakter Kaito Kid lagi yang juga suka menembakkan kartu, bedanya si Kaito memakai pistol khusus, bukan memakai tangannya langsung.
Kesimpulannya, karakter ini kuat, unik juga walaupun nggak terlalu disorot seperti Titus. Trik sulap dan ilusinya bisa menghipnotis mata saya, sehingga saya suka sama karakter ini.
Fyra
Si kadal. Dia perempuan. Seekor Engineer. Dia juga temannya Titus yang tidak ada latar belakangnya. Tau-tau disebut oleh Titus dan muncul begitu saja. Desain karakternya mirip karakter yang di animasi Paddle Pop. (Maaf saya lupa namanya).
Yah... begitu saja. Saya tidak tau harus bahas apa dari karakter ini. Karakternya minim info.
Bulpan
Si kucing gendut. Penjahat utama di film ini. Karakternya lumayan lucu. Sering kena jahilan dari anak buahnya. Contohnya seperti saat naik kapal, dia menyuruh anak buahnya untuk ke kiri berapa derajat gitu, lalu anak buahnya membelokkan kapalnya terlalu kencang jadi si Bulpan ini terpental. Atau saat naik perahu ke sebuah pulau untuk mengejar Titus dkk, dia terpental kedepan saat perahu yang ditumpanginya berhenti menabrak pasir pantai.
Bulpan ini nggak diceritakan latar belakangnya. Pokoknya dia penjahat yang mempekerjakan anak-anak juga buat melakukan kejahatan. Mirip seperti Sherlock Holmes yang mempekerjakan anak-anak di Baker Street untuk mencari info, bedanya ya itu tadi, Sherlock Holmes baik, Bulpan jahat.
Catatan: Saya hanya akan mereview karakter-karakter utamanya saja. Tidak semua karakter.
Kesimpulan
Perlu diceritakan kembali latar belakang dari karakternya. Karakternya tidak terasa seperti karakter, soalnya detail-detail karakternya sedikit.
Dubber
Disini dubber terasa aneh. Seperti terasa dubbing di gua. Saya tidak tau apa karena speaker bioskopnya atau gimana, tapi saya merasa nggak enak. Lalu ada bagian yang nggak pas di mulut karakternya. Ada bagian yang gerakan mulut karakternya seperti ngomong bahasa Inggris tapi di dubbingnya bahasa Indonesia.
Untuk pemilihan kata-katanya, saya tidak terlalu mempermasalahkan mau pakai bahasa Indonesia baku ataupun tidak. Tapi ada bagian yang kata-katanya kurang enak menurut saya. Seperti saat Titus bicara sama orang di tempat kerjanya yang lebih tua, saya menduga dia bosnya. Titus ngomong pakai kata “Kamu” ke orang tua itu, menurut saya lebih bagus pakai kata “Bapak”. Saya agak lupa dialognya sih, sepertinya begini “Jadi kamu me....”, menurut saya enaknya begini “Jadi bapak me....”. Terus di adegan lainnya Titus memanggil orang pakai kata “Tuan”, sangat nggak konsisten.
Yang unik dibagian dubber yaitu dubber dari karakter Bulpan. Tidak seperti lainnya yang pakai kata “Aku” “Kamu”, si Bulpan ini pakai “Saya”, tapi konsisten sampai akhir. Itu yang saya kira unik dan pembeda sama karakter lainnya.
Kesimpulan
Dubbingnya kurang professional. Yang dubber juga saya lihat bukan dari kalangan yang bekerja dibidang dubbing. Kata-kata yang dipakai kurang bagus, banyak yang nggak konsisten.
Latar Tempat
Disebuah kota bernama Steamburg. Dari nama kotanya juga sudah ketahuan, di filmnya ini ada tema steampunknya, menurut saya begitu. Kotanya dipenuhi asap polusi. Style bangunannya Eropa, seperti tahun 30-an sampai 40-an seperti setting di game Mafia. Bedanya hanya style bangunan. Mobilnya juga sama, mobil-mobil lama.
Cerita
Bercerita tentang seekor tikus bernama Titus yang bekerja di perusahaan koran. Dia suka dengan misteri dan ingin mencari tahu keberadaan Enygma, sebuah barang yang bisa mengeluarkan energi bersih yang bisa merubah keadaan kota.
Secara singkat ceritanya menarik, tapi menurut saya eksekusinya kurang. Penceritaan karakternya kurang. Alurnya juga maju sangat cepat. Yang bikin paling greget yaitu ceritanya nggantung. Saya nggak habis mikir, kenapa sih film Indonesia ceritanya suka nggantung. Kenapa kok sukanya digantung, seperti rasa sukaku padanya. Kenapa nggak bisa bikin cerita yang nggak gantung seperti filmnya Disney Pixar seperti Cars, Toy Story, yang ceritanya full, tapi di sequelnya pun masih bisa relate sama prequelnya.
Film animasi di Indonesia ini susah berkembang, jadi kalau ceritanya gantung terus sequelnya nggak keluar karena nggak ada dananya, terus ya cuma jadi cerita biasa gitu aja, kurang berkesan, yang rugi juga penonton, nggak tau bagaimana terusannya, karakternya, organisasi penjahatnya, dll.
Awal mula ceritanya saya bilang gantung karena karakter Jacob, si pelayan yang berkhianat, ngomong tentang sebuah organisasi penjahat / tempat atau apalah itu yang namanya Clockwork. Tapi info yang dikasih minim banget. Pas terakhir film saat Enygmanya mau dihancurin sama Titus dkk, si Jacob ini kabur. Anak buah Bulpan juga kabur. Tapi salah satu tangan kanannya Bulpan saat kabur melewati Titus dkk itu scenenya berubah jadi slow motion saling tatap tatapan, jadi menurut saya bakal ada sesuatu di kemudian hari. Tapi sampai keluar credit title pun nggak dibahas lagi Clockwork itu apa, si tangan kanan Bulpan itu bagaimana, si Jacob bagaimana, dll. Mungkin ada post credit scene ya setelah credit title, saya juga nggak tau, saya nggak lihat sampai habis. Tapi, kenapa harus gantung ceritanya...
Kesimpulan
Ceritanya menarik. Walaupun kurang di latar belakang tokohnya dan gantung ceritanya. Mungkin ceritanya dibuat segampang mungkin dicerna karena rating filmnya Semua Umur.
Animasi
Ini merupakan salah satu bagian yang paling menarik di review ini menurut saya, karena saya mahasiswa di jurusan animasi. Overall gerakan animasinya lumayan bagus. Pemilihan angle kamera juga menurut saya bagus. Di dalam animasinya ini juga diselipkan prinsip animasi yang sangat kelihatan, yaitu exaggeration atau melebih-lebihkan. Contohnya saat adegan akhir-akhir, saat Bulpan ingin menghancurkan Enygma, dia tersambar listrik. Listriknya menggerakkan badannya dan melemparkannya ke pinggir ruangan di pelabuhan. Setelah itu Bulpan bernyanyi lalu pingsan.
Objek 3D
Saya tidak mengerti, tapi sepertinya objek 3D disini menerapkan sistem LOD (Level of Detail) seperti di game-game 3D. Jadi LOD ini biasanya dipakai di game untuk meringankan performa perangkat. Biasanya di game memakai tiga LOD, yaitu LOD0, LOD1, dan LOD2 (Itu yang saya tau). Jadi contohnya begini, kalau di depan kalian ada peti harta karun, objek yang ditampilkan yaitu LOD0 yang objeknya detail banget. Kalau kalian semakin menjauh, objeknya akan semakin simpel, sampai di jarak pandang terjauhnya pakai LOD2 yang hanya kubus biasa yang diberi material / warna kayu (kalau peti harta karunnya dari kayu).
Di kasus filmnya ini juga sama. Objek yang dekat kamera lebih detail dari objek yang di background. Contohnya saat ada orang bicara di depan kamera, sampai serat baju dan bulunya kelihatan detail, tapi backgroundnya yang bangunan, cuma biasa saja. Kalau misalnya itu makanan, rasanya hambar. Kurang detail.
Contoh lainnya saat Bulpan terpental jatuh ke pasir pantai, pasirnya terangkat menempel di sekitar mulutnya Bulpan, tapi hal berbeda saat Bulpan bersama anak buahnya lari ataupun Titus dkk lari diatas pasir pantai, pasir pantainya kurang detail materialnya. Seperti hanya tempelan biasa. Tidak memakai konsep material PBR (Photorealistic Based Render), yang seharusnya didalam material ada berbagai macam gambar seperti base map, normal map, height / bump map, displacement map, dll. Yah, paling nggak kalau nggak bisa bikin pasirnya realistis ada jejak kakinya pas diinjak ya ditempel pakai PBR material, tentu saja yang resolusinya besar biar detail.
Walaupun tidak semuanya begitu, ada juga scene dimana yang kameranya dibawah, mengarah keatas, objek didekat kameranya kurang detail, tapi objek karakternya detail. Contohnya saat Titus bertemu dengan Bobit. Disitu karakter Titus & Bobit detail, tapi jalan didepannya jelek.
Ngomong-ngomong tentang objek dari karakternya. Ada perbedaan yang mencolok antara karakter utama dan karakter figuran. Hal pertama yang bisa dilihat yaitu bajunya. Bajunya Titus detail banget materialnya, sampai seratnya keliatan, beda banget sama karyawan di tempatnya bekerja yang flat begitu saja.
[Ket: Saat Titus didalam Trem, tapi bisa dilihat bajunya Titus dan karakter dibelakangnya detailan mana.]
Selain dari baju dan ada seperti konsep LOD game. Di film ini saya rasa juga pakai konsep NPC (Non-Playable Character). Konsep ini dipakai biasa untuk game, yaitu karakter yang nggak bisa dimainkan, contohnya seperti pejalan kaki. Nah biasanya juga di game, NPC / orangnya sama atau mirip-mirip gitu muka, baju, badannya. Biasanya sering saya liat di game RPG, yang 2D biasanya. Jadi, di film ini juga sama, saat scene kotanya mulai chaos, hancur, warga kota pada lari-lari, kabur, disitu keliatan banyak karakter mirip dan dipakai langsung / recyclenya itu kurang bagus, jadi karakternya muncul beberapa kali. Ini yang saya kurang suka. Seperti kurang niat gitu bikin filmnya.
[Ket: Saya lihat kambing dan kucing itu beberapa kali di scene saat warga kota lari & panik.]
Grafis / Material
Di film ini grafisnya kurang konsisten. Material yang dipakai untuk objek 3Dnya seperti game di PlayStation 1, yaitu era tahun 90-an. Kelihatannya cuma gambaran biasa, kurang realistis. Ada juga beberapa material yang detail, tapi kurang cocok dipasangkan sama material PS 1-nya. Selain itu, material baju untuk karakter juga dibedakan, karakter utama lebih detail. Bisa dibilang grafisnya masih kalah jauh sama film negara tetangga contohnya film Boboiboy The Movie ataupun Upin Ipin The Movie. Apalagi sama film Disney Pixar...
Selain grafisnya yang seperti PS 1, banyak juga material yang hanya flat begitu saja. Contohnya tiang lampu jalan. Tiang lampu jalannya terbuat dari besi, tapi tidak terlihat seperti besi, kurang memiliki unsur metal. Lalu tidak ada surface imperfections, seperti goresan atau hal lainnya yang bisa membuat objeknya lebih real dan punya cerita.
[Ket: Material kayunya terlihat jelas pengulangan gambarnya (pattern) serta seperti material kayu di game-game lama.]
[Ket: Contoh Surface Imperfections yaitu besi dibelakang yang terlihat goresan & lubang-lubangnya.]
Sekarang pindah ke material gelas dan air. Gelasnya menurut saya nggak seperti gelas dari kaca, tapi plastik. Untuk airnya aneh, kayak kurang realistis. Nggak tau ya, saya merasakannya kayak bukan air. (Air yang saya maksud disini saat Titus dkk minum disebuah restoran).
Setelah benda-benda yang ada di bumi, kita pindah ke langit. Material dari langit menurut saya bagus. Sepertinya memakai skydome yang gambar material langitnya seperti awan dan warna biru langitnya di paint di aplikasi lain seperti photoshop.
Saya sebenarnya nggak terlalu nge-fans sama yang begitu. Saya lebih ke realistis, jadi pakai color temperature untuk menentukan warna langitnya. Kalau siang ya, disekitar 6500K (Kelvin) keatas. Setelah itu awannya dibikin manual. Memang jadi lebih berat kalau di render nantinya. Tapi hasilnya worth it menurut saya. Atau nggak pakai HDRI (High Dynamic Range Image), yaitu gambar 360 derajat yang didalamnya ada data intensitas cahayanya.
Pencahayaan
Lighting disini tidak terlalu saya permasalahkan. Menurut saya sudah bagus. Cahaya-cahaya seperti lampu saya lihat seperti ada efek “Bloom”-nya, jadi terlihat terang. Untuk warna lampunya mungkin saya rasa terlalu kuning, walaupun begitu tapi masih bagus.
Simulasi
Dibagian ini mencakup efek ataupun gerakan animasi dari asap / awan, air, dan api.
Asap / Awan
Untuk asap saya kira pas banget sama kota Steamburg yang penuh polusi, jadi asapnya hitam pekat.
Untuk awan, terutama yang di background langit, saya menduga nggak pakai simulasi untuk membuatnya, jadi nggak se-realistis seperti asap.
Kecuali awan di scene dibawah ini. Saat pesawat terbang diantara awan, awan-awannya keliatan lebih realistis daripada gambar awan diatas. Namun, itu awan yang di foreground (depan kamera), yang di background saya kira masih sama, pakai skydome yang materialnya di paint di aplikasi lain seperti Photoshop. [Ket: Gerakan animasinya cepat, jadi gambarnya terlihat pixelated / kotak-kotak saat di screenshot.]
Air
Gerakan airnya menurut saya bagus. Cuma mungkin kurang seperti air materialnya. Kekurangan lainnya yaitu sepertinya airnya terlalu pekat, kurang encer. (Yang saya maksud air yang kurang encer itu saat adegan dimana Titus dkk minum disebuah restoran).
Api
Ini yang menarik. Api disini jelek banget, seperti di sinetron-sinetron Indonesia. Gambaran apinya nggak cocok dan kurang menyatu banget sama material disekitarnya. Saya menduga itu tempelan menggunakan aplikasi lain contohnya aplikasi After Effect, bukan buatan murni di aplikasi 3D.
Efek
Contoh efek disini yaitu aliran listrik dan ledakan. Untuk aliran listrik saya lebih suka yang dibagian Enygmanya, yang dibagian di kabel-kabel tiang listrik saya kurang suka. Alasannya seperti beda gitu sama yang listrik di Enygma. (Maaf alasannya kurang berbobot & aneh). Walaupun begitu, efek listriknya masih bagus menurut saya.
Untuk efek ledakan... hah, ini yang bikin saya gregetan, bingung, kenapa filmnya ditampilkan dengan efek ledakan seperti di sinetron... Efek ledakannya disini sama semua, mau besar, kecil, sama semua gambarnya. Semuanya seperti di sinetron, saya sangat kecewa.
OST / Theme Song
Saya sangat suka sama OST-nya, cocok banget sama tema detektif.
Sound Effect dan Musik Latar
Sudah bagus, tapi terkadang musik latarnya terlalu besar suaranya sehingga menutupi suara dubbingnya.
Versi Bahasa Inggris
Sepertinya film Titus : Mystery of the Enygma ini punya versi bahasa Inggrisnya. Hal itu diperkuat oleh video yang di upload oleh MNCContents Indonesia ke YouTube, namun sayangnya bagian kolom komentar dinonaktifkan. Di dalam videonya ada banyak perbedaan yang bisa membuat film ini lebih bagus. Contohnya di material pasir pantai yang dipakai lebih terlihat realistis. Mari kita lihat perbedaan screenshotnya: [Ket: Pasir pantai versi indonesia]
[Ket: Pasir pantai versi inggris]
[Ket: Pasir Pantai versi Inggris]
[Ket: Pasir Pantai versi Indonesia]
Saya menduga kalau objek 3D yang dipakai untuk pasir pantainya (yang versi Indonesia), entah itu plane atau cube atau objek lainnya, tidak di UV Unwrap serta tidak di subdivide, sehingga bentuk materialnya jadi gitu (aneh) dan nggak kelihatan bentuk pasirnya. Perbedaan lainnya: [Ket: Kota Steamburg di video versi Inggris. Pencahayaan lebih terang. Bangunan yang ditempat jauh terlihat lebih detail.]
[Ket: Kota Steamburg di video versi Indonesia. Pencahayaan lebih dark. Bangunan ditempat yang jauh tidak terlihat detail.]
[Ket: Bulpan & anak buahnya sedang mengejar Titus. Ada di video trailer versi Indonesia.]
[Ket: Voila! Tiba-tiba banyak pohon yang tumbuh saat Bulpan & anak buahnya sedang mengejar Titus di trailer versi Inggrisnya.]
Ket: Kedua screenshot diambil dari video berosulusi sama, yaitu 1080p.
Lalu kita pindah ke bagian dubbing. Saya lebih suka dubbing berbahasa Inggrisnya karena lebih pas sama gerak bibirnya, lebih natural.
Selain itu ada juga beberapa bagian film yang tidak saya lihat ketika saya menontonnya di bioskop. Saya tidak tau apa karena saya lupa, tapi rasanya saya tidak melihat adegannya. [Ket: Seingat saya adegan ini tidak ada dan langsung ke adegan digambar dibawah]
Lalu saat Bulpan jatuh dari kartu yang dipijaknya. Ada bagian yang saya kira dipotong dan tidak ada saat menonton dibioskop. Awalnya begini:
Terus langsung begini (dia ditarik keatas):
Tidak ada dua adegan ini:
Kesimpulan Penulis
Saya sendiri nggak mau menyalahkan animator dibalik film ini. Saya rasa animatornya juga hebat-hebat. Mungkin yang bisa saya salahkan yaitu perusahaan yang membuat film ini mungkin belum bisa menyediakan komputer yang mumpuni sehingga banyak kekurangan di filmnya. Kekurangan terbesarnya yaitu di kurang detailnya objek 3D dan material yang digunakan kurang konsisten sesuai stylenya serta kurang realistis. Grafisnya pun seperti game PS 1. Efeknya masih belum siap untuk film layar lebar. Dibagian suara seperti dubbing, lagu tema, efek suara, dan musik, tidak ada kendala yang signifikan, hanya dubbingnya kurang pas. Harapan saya semoga animasi Indonesia lebih berani lagi membuat animasi yang lebih bagus, yang kreativitas & idenya dikeluarkan seliarnya, Ide tidak terkekang budget, dan enak ditonton semua kalangan, termasuk orang yang mengerti animasi.
Skor saya: 4.75/10 – Not bad but not good
Akhir Kata
Terima kasih sudah membaca review saya. Kalian juga bisa mengunduh review ini dalam versi PDF disini. Saya mohon maaf jika ada kesalahan. Jika ada kritik & saran silahkan kirim ke alamat yang saya kasih diawal review. Sekian, sampai jumpa di review animasi lainnya. ;–)